
Bandar Udara
Sultan Thaha Syaifuddin adalah bandar udara yang
terletak di Kota Jambi, provinsi Jambi, Indonesia.
Bandara ini mulai bulan April 2007 dikelola oleh PT.
Angkasa Pura II, yang sebelumnya dikelola oleh Dinas Perhubungan
Provinsi Jambi. Saat ini ada 4 maskapai penerbangan yang setiap harinya
melakukan penerbangan sebanyak 12 kali, diantaranya Garuda Indonesia,Citilink,Lion Air dan Sriwijaya Air.
Nama bandara ini diambil dari namaSultan Thaha Syaifuddin, seorang pahlawan
Nasional Indonesia dari Jambi.

Bandara ini
dibangun pada masa penjajahan dengan nama Lapangan Terbang Paalmerah.
Mulai tahun 2011 ini. Bandara Sultan Thaha akan ditingkatkan kemampuannya untuk
melayani penumpang pesawat yang terus meningkat serta peningkatan panjang dan
lebar landasan (Panjang dan lebar saat ini 2.220 meter dan 30 meter dan akan
ditambah menjadi 2.400 meter dan 45 meter). Peningkatan landasan ini dilakukan
untuk melayani pesawat-pesawat berbadan lebar, terutama dari Garuda Indonesia.
Pihak Angkasa Pura juga akan menambahkan peralatan Instrument
Landing System(ILS) yang dapat membantu pesawat mendarat dalam
cuaca buruk. ILS adalah peralatan yang wajib dipasang di bandar udara
berstandar internasional, sama seperti tujuan peningkatan bandar udara ini,
yaitu menjadikan Sultan Thaha sebagai bandara internasional pada tahun 2012.
Bandara Sultan Thaha Jambi diupayakan bertaraf
internasional. Itu terlihat dari rencana pembangunan dua terminal di Bandara
Sulthan Thaha yang seharusnya dilakukan pada 2019, dimajukan pembangunannya
tahun 2017 dan 2018 kembali dibangun lagi dua terminal. Landasan pacu (runway)
dari 2.220 meter juga akan diperpanjang menjadi 2.600 meter (Netralnews.com).
Bandar Udara Depati Parbo adalah
bandar udara perintis yang terletak di Desa Hiang Kecamatan Sitinjau Laut,
Kabupaten Kerinci, Jambi. Bandara
Depati Parbo yang saat ini memiliki landasan pacu (Runway) sepanjang 1.800
meter itu sudah bisa didarati pesawat jenis ATR 72.

Bandar Udara Depati Parbo
ini dibuat untuk mempermudah akses menuju kabupaten Kerinci, mengingat
banyaknya potensi wisata yang ada di kabupaten tersebut. Mengutif dari Tribun
Jambi bahwa “ada 6.000 lebih wisatawan yang mengunjungi kabupaten kerinci pada
tahun 2016”. Apabila fasilitas bandara ini baik tentu akan mampu meningkatkan
jumlah wisatawan untuk datang ke kabupaten Kerinci.
Bandar
Udara Muara Bungo
berlokasi di Desa Sungai Buluh, Kecamatan Rimbo
Tengah sekitar 20 menit dari pusat Kota Muara Bungo Provinsi Jambi, pembangunan
bandara dimulai tahun 2007 dan selesai 2013. Pembangunan bandara
hasil kerja sama Kementerian Perhubungan dengan Pemerintah Provinsi
Jambi.
Biaya
pembangunan Bandar Udara Muara Bungo sebesar Rp 225,14 miliar yang bersumber
dari APBN & APBD Prov. Jambi. Muara Bungo memiliki satu landasan pacu. Panjang runway baru 1600 meter
dan akan ditingkatkan tahun 2015 sepanjang 200 meter, total ditahun 2015
panjang runway 1800 meter dengan target Pemkab akhir tahun ini Sriwijaya akan mendarat di
Bandara Muara Bungo.
Bandar
Udara Muara Bungo telah beroperasi pada bulan Agustus 2012. Bandara di Kabupaten Bungo sebagai bandara
perintis dengan panjang runwat 1.800 meter itu, juga diupayakan ada penambahan
frekuensi penerbangan dari empat kali menjadi tujuh kali penerbangan dalam satu
minggu atau setiap hari.
Penambahan
frekuensi penerbangan Bandara Bungo-Jakarta didasarkan laporan bupati Bungo
tentang potensi penumpang dari Bungo ke Jakarta dan sebaliknya.Wakil Bupati
Bungo, Apri mengatakan, respon masyarakat sangat positif sekali untuk dilakukan
penambahan penerbangan Muara Bungo-Jakarta yang saat ini hanya empat kali dalam
seminggu melalui maskapai Sriwijaya.
Disebutkannya, pertumbuhan penumpang pada bulan
Agustus 2016, rata-rata jumlah penumpang datang adalah 102 orang atau 87,50
persen dari jumlah seat maksimum, dan rata-rata jumlah penumpang berangkat adalah 104 orang atau 86,67 persen dari jumlah maksimum
seat (Netralnews.com).
Comments
Post a Comment